Review Film : Aruna dan Lidahnya (2018)



"bukannya saya ya yang harusnya nanya, aadaa aapa ya sebenernya?"
 Salah satu line dalam film Aruna dan Lidahnya yang membuat saya tertawa cukup lama saat menonton film ini. Untuk ukuran film Indonesia di minggu ke-3 nya Aruna masih dapat bertahan di bioskop bersaing dengan film Hollywood seperti Venom (Tom Hardy) dan First Man (Ryan Reynolds) Tapi, kita juga tidak bisa menampik pesona Nicholas Saputra yang tampil cukup berbeda di film ini. Tentu saja pesona Cinta dan Rangga masih melekat pada diri Dian Sastro dan Nicholas Saputra sehingga menurut saya mereka berdua yang meningkatkan sisi komersial di film ini.

Terdapat beberapa product placement di film ini dengan eksekusi yang baik, maksudnya enggak bikin saya bete karena keliatan aneh atau "duh iklan banget sih"
Alasan utama saya menonton film ini selain karena pemeran utamanya juga karena hell-ya ini film tentang makanan lho dan jarang ada film Indonesia tentang makanan. Seingat saya sejauh ini Indonesia pernah memiliki film tentang makanan yaitu Tabula Rasa (2014) dan Red Cobex(2010)
Maka ketika ada film tentang makanan dan produksinya terlihat tidak main-main tentu saja saya jadi penasaran sama filmnya.

Film ini secara garis besar ceritanya 'onde-onde' banget. Spoiler dikit nih ya. Jadi Aruna ini kerja di NGO gitu kayaknya terus lagi dapet project harus investigasi tentang kasus flu burung di Surabaya, Madura, dan Pontianak. Di sela-sela kesibukan Aruna menginvestigasi dia sempetin tuh buat kulineran sama dua sahabatnya Bono dan Nad. Eh, tau-tau mantan rekan kerjanya (Faris) di NGO yang sekarang pindah kantor muncul dan ikut dalam project investigasi ini.
Faris sama Aruna tuh kayak naksir-naksir tapi sebel gitu dari dulu tapi gengsi mau ngaku. Sama kayak Bono (Nicholas Saputra) yang naksir Nad(Hannah Al-Rasyid) tapi malu-malu kucing.

Pada perjalanan kuliner sekaligus investigasi flu burung ini justru mereka jadi kebuka satu sama lain.
Ceritanya biasa banget, konfliknya juga receh. Tapi alasan kenapa kalian harus nonton film ini karena justru terkadang hidup emang gitu kan. Banyak hal receh yang jadi besar dalam hidup kita karena kita dramatis. Hidup emang drama kali! semua orang melakukan peran dalam dramanya masing-masing. Kalo kalian gak drama dalam satu masalah bukan berarti kalian gak bakalan drama buat masalah yang lain.

Skenario yang sederhana namun apik dan eksekusi yang memuaskan dari sutradara membuat saya bisa menikmati film ini seutuhnya walaupun Aruna, Faris,  suka gak jelas. Scene makan-makan yang bikin nelen liur berkali-kali karena ngiler! Sumpah deh itu bakmi kepiting menggoda banget.
Secara keseluruhan film ini menghibur sekali. Aktingnya mereka gak perlu diragukan lagi. Meskipun onde-onde banget endingnya, justru itu yang bikin saya senyum-senyum dan kepengin (belajar) masak setelah nonton film ini.

No comments