Ca Bau Kan (movie): Kisah cinta Feri Salim dan Lola Amaria



Sebuah film karya Nia Dinata, yang mengangkat tema sejarah bangsa ini di masa lalu tentang percintaan saudagar kaya raya keturunan cina dengan seorang “Ca Bau Kan” perempuan dalam bahasa cina Hokian. Percintaan yang dikemas apik dalam film berdurasi 110 menit itu menyuguhkan gambar-ganbar tentang kota jakarta di Tahun 1930-1960an. Sutradara mencoba menggambarkan keadaan beberapa tempat yang pengambilan gambarnya tidak dapat diambil di Jakarta melainkan di Lasem, Semarang, dan Ambarawa.

Film ini menjadikan Fery Salim dan Lola Amaria sebagai pemeran utamanya, mereka berdua bermain sangat baik dalam film ini, Fery Salim sebagai Tan Pe Liang Semarang seorang saudagar kaya raya keturunan Tionghoa asal Semarang yang datang ke Jakarta untung berdagang jatuh cinta kepada seorang Ca Bau Kan bernama Tinung yang Ia temui tidak sengaja saat ada acara perayaan di Betawi atau Batavia.

Setelah pertemuan pertamanya itu, Tan Pe liang sangat terkesan pada Tinung, dan menjajinkan banyak uang jika Tinung dapat menghiburnya. Pada saat itu Tinung yang sedang hamil anak pertamnya hasil dari suami pertamanya yang meninggal. Setelah melahirkan anak pertamanya Tinung mulai ikut sanggar penari congkek, dan mulai belajar menyanyi. Saat ada perayaan selanjutnya ia menari dan bernyanyi dengan sangat baik, dan memikat hati banyak orang. Tan Pe Liang menjadi tertarik, dan menginginkan Tinung untuk datang kerumahnya.

Tan Pe Liang sendiri sudah mempunyai 2 orang anak dan istri yang sedang sakit-sakitan. Hasil dari hubungannya dengan Tinung, menghasilkan seorang anak perempuan yang cantik. Akhirnya dengan persetujuan istri pertamanya Tan Pe Liang menikahi Tinung dan Tinung dibawa ke Semarang untuk dikenalkan kepada ibunya yang asli orang Semarang.

Di Batavia ada perkumpulan saudagar-saudagar Tiongkok yang bernama Kong Huan yang mengajak Tan Pe Liang ikut bergabung, namun ia tidak mau karena merasa mempunyai tujuan yang berbeda. Para pengusaha di perkumpulan Kong Huan menjadi geram dengan ulah Tan Peliang yang sombong dan angkuh ini. Lalu segala trik dilakukan agar Tan Pe liang tersingkirkan.

Beberapa tahun kemudian Tan Pe Liang tertangkap dengan tuduhan memalsukan uang. Setelah Tan Pe Liang tertangkap dan di penjara, kehidupan Tinung kembali seperti biasa dan merwat dua orang anaknya dengan sisa harta yang ia miliki. Tiba-tiba ada seorang belanda yang menginginkan kedua anaknya menjadi anaknya dengan bayaran yang cukup mahal, kontan Tinung bingung dengan tawaran itu, satu sisi ia butuh makan dan anaknya butuh jaminan untuk hidup senang tapi disisi lain ia sangat menyayangi kedua anak perempuannyaa itu.

Akhirnya kedua anaknya itu dibawa ke Belanda dan dibesarkan disana. Setelah beberapa tahun ada kabar bahwa Tan Pe Liang meninggal, yang ternyata hanya kamuflase untuk menghilangkan jejaknya saja. Ia pergi ke makau dan Thailand untuk berdagang dan memulai kembali usahanya disana. Setelah kepergian kedua anaknya dan ditinggal oleh suami tercinta kehidupan Tinung makin tak karuan, ia kembali menjadi Ca Bau Kan di Pasar Jodo. Saat pendudukan Jepang ia dijadikan Lanfu dan disiksa habis-habisan, sampai kedatangan Tan Pe Liang ke Batavia, Tinung ditemukan menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Tan Pe Liang ternyata masih setia mencintai istrinya itu, maka ia kembali membwa Tinung dalam pelukannya.

Setelah kamum pemuda mampu menaklukan Jepang dan memproklamirkan kemerdekaan Tan Pe Liang dihadiahi sebuah Bank oleh kakak sepupunya yang asli orang Indonesia, banyak yang iri dengan keberhasilannya dan merencanakn pembunuhan atas dirinya, terutama pengusaha-pengusaha Kong Huan. Maka terlaksanalah rencana busuk mereka, seorang rekan bisnis Tan Pe Liang yang sengaja berpura-pura ingin membuat perjanjian bisnis ternyata meracunya dengan buah tangan yang ia bawa.

60 tahun kemudian, anak pertama Tan Pe Liang dan Tinung kembali dari Belanda mencari jejak kedua orang tua kandungnya, dan menemukan bagaimana kekuatan cinta mereka yang tidak terkalahkan oleh waktu dan keadaan macam apapun yang mencoba memetikan cinta mereka dan memisahkan mereka. Ia akhirnya mengungkap seua cerita duka kedua orangtuanya, dan memaafkan semua pelaku kejahatan kepada kedua orangtuanya tersebut. Cik Lan, menghadiahi keikhlasan melepas kedua orangtuanya yang tak pernah ia rasakan kehadirannya secara nyata namun ia begitu merasakan kasih sayang mereka abadi di dalam dirinya, karena kekuatan cinta kedua orang tuanya