Kinanti Widiari's Portfolio

Kinanti Portfolio by Kinanti Widiari Lestari

ego is me

Kita semua ingin dimengerti. Keinginan itu sepertinya tidak terbantahkan oleh pernyataan lain yang menyatakan hal tersebut tidak benar.

Orang tua ingin anaknya mengerti betapa mereka mencintai buah hati mereka. Terkadang cinta bisa benar-benar menjadikan seseorang posesif, takut kehilangan dan menjadi terlalu protektif terhadap orang yang ia cintai tersebut. Mungkin juga hal tersebut yang kerap dialami orang tua ketika menghadapi anak mereka di usia remaja. Mungkin juga karena orang tua sudah lebih dulu nakal ketika mereka remaja sehingga takut anak mereka melakukan kesalahan yang mereka sesali ketika mereka dewasa.

Ego adalah bentuk dari keterbatasan hati manusia untuk bisa menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Saat kita berbuat baik pada seseorang dan orang tersebut tidak membalas kebaikan kita tentu saja membuat kita kecewa. Cinta yang bertepuk sebelah tangan misalnya, tentu saja seseorang ingin perasaannya dibalas. Begitulah ego manusia, sehingga sudah sewajarnya perbuatan baik yang dibalas dengan perbuatan baik lainnya. Hal tersebut tidak membuat orang menjadi manusia yang baik karena itu adalah hukum timbal balik. Jika seseorang baik kepada orang yang jahat kepadanya maka itulah namanya orang baik. Tapi, kadang kita terlalu cepat beropini tentang perilaku orang lain sehingga memberi penamaan bahwa si A baik dan si B jahat hanya karena sekali bertatap muka dan kejadian yang mungkin saat itu tidak terlalu jelas kita ketahui.

Kita menekan ego sedemikian rupa ketika kita sedang mendekati seseorang yang kita suka. Tentu saja sifat buruknya saat itu belum membakar amarah. Ego dibesarkan ketika kita merasa seseorang seharusnya bertindak seperti yang seharusnya kita pikirkan. Padahal aksi-reaksi bisa bermacam-macam. Kalau di Ilmu Pasti tentu saja 1+1 = 2. Lain hal dalam berkehidupan sosial, bisa saja 1+1 = 3 karena adanya tangan yang tidak terlihat. Maksudnya di sini bukan hal-hal berbau mistis ya. Eh, tapi bisa juga sih itu terjadi. Satu hal yang pasti tidak ada yang benar-benar pasti dalam kehidupan itu sebabnya ada Ilmu Ekonomi karena manusia itu serakah dan alam (bukan alam mbah dukun, ini serius alam) telah memberikan secara cuma-cuma. Cuma saja perihal manusia serakah, kamu mungkin ingin membaca sejarah zaman jahiliyah yang menjadi sebab-akibat sesuatu yang besar terjadi pada semesta.

Ego beranak-pinak ketika kita sudah memiliki apa yang kita kejar dengan susah payah. Pernah merasa kecewa karena tidak mendapatkan juara dalam lomba atau peringkat 10 besar di kelas padahal sudah merasa sepenuh jiwa tenaga berusaha? Itulah ego. 
Ego berlawanan dengan keikhlasan, dan untuk yang satu ini saya enggak tahu apakah ada manusia yang benar-benar bisa mengihlaskan sesuatu? karena pada dasarnya kita selalu menginginkan rewadrs dan membutuhkan punishment. Untuk hal itulah hukum ada. Karena kita enggak mungkin menghukum diri sendiri. Manusia butuh orang lain untuk mencintai, mendengarkan keluh kesahnya, mengingatkan jika ia salah, memberi sentilan ketika nakal. Kita tidak ingin diabaikan dan ingin selalu diperhatikan bahkan ketika kita sedang tidak ingin. 

Tahu rasanya sedang ngambek kan? saat itu ego sedang tinggi-tingginya. Mungkin karena kita sedang merasa benar sedangkan yang lain salah atau kita sedang merasa orang lain sedang berlaku tidak adil padahal mereka hanya sedang melukai ego kita yang begitu tinggi tadi.
Persoalan bagaimana caranya menghilangkan ego dan tips menjadi manusia ikhlas saya enggak tahu. Mungkin seiring berjalannya waktu kita bisa mengikis sedikit demi sedikit.

Pernah meminta maaf berkali-kali tetapi tidak digubris? atau pernah dimintai maaf berkali-kali tapi sulit memberi? Kita sulit mengerti mungkin karena kita tidak pernah mengalami. Ego yang kita miliki dibesarkan dari teori dan info di internet yang kita telan tanpa diolah. Pernah menilai orang hanya karena visual? saya sering. Akui saja bahwa hal tersebut menjadi hal yang lumrah meskipun tidak indah melakukan hal tersebut karena melukai hati orang yang sedang dinilai. Seperti misalnya mengatakan seseorang "pelakor" hanya karena membaca berita atau mendengar pembawa acara gosip bercuap-cuap. Tapi kita akui saja bahwa mencampuri urusan orang tanpa ikut campur alias cuma ngomongin alias bergosip adalah hal yang cukup menyenangkan dikala kehidupan yang sudah sesak dengan masalah gajian telat, rekan kerja rese, skripsi belum kelar, dosen pembimbing susah dicari, atau pertanyaan "kapan kawin?"

Jangan berharap nasi bungkus karet satu isinya rendang hanya karena yang karet dua isinya telur.  Nanti kamu akan kecewa kalau ternyata isinya ayam bakar.

Tidak satu pun di dunia ini adalah milikmu. Ia adalah milik semesta. Kamu pun begitu.

---

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui siapapun. Seperti susu ini adalah murni dari hasil olah otak saya yang tidak terlalu canggih. Berikan komentar boleh, membully jangan. 
#salamreceh

3 comments

  1. Gue amaze baca ini lho sumpah.
    Lo bisa nulis sepanjang ini tapi males nulis panjang macem kayak gini.
    Wah wah, lo keknya butuh asupan kopi lebih banyak biar tulisan lo bisa semakin caem macem ini deh.

    Salam sehat tanpa susu :))

    ReplyDelete
  2. Yang isi ayam bakar udah dikaretin tiga kak, jadi udah tau dan nggak kecewa paas bukanya

    ReplyDelete