Sebermulanya adalah Kopi - Dongeng Kopi Jogja
Di Jogja itu apa sih yang gak ada? muda-mudi dari penjuru negeri banyak yang ngumpul di sana untuk menimba ilmu, kenapa menimba ilmu? soalnya kalau menimba air di sumur bakal dikira mau mandi. Banyaknya pemuda yang ada di sana menjadikan Jogja menjadi salah satu Kota yang menurut saya perubahannya pesat sekali. Baru sebulan gak ke sana, tahu-tahu sudah ada Pull & Bear di Ambarukmo Plaza, lalu ada Flip Burger juga.
Kota yang terkenal dengan kesederhanaan dan keramahtamahannya kini menjelma menjadi setengah metropolitan. Gak perlu jauh-jauh ke Ibu Kota Negara kalau mau belanja, di Jogja juga banyak retail fashion yang bermunculan. Selain Pull & Bear juga ada H&M.
Bukan hanya masalah hura-huranya saja. Jogja masih memikat saya dengan keramahtamahan penghuninya.
Bicara perihal keramahtamahan ini saya selalu merasa sebuah kedai ini adalah tempat favorite saya ketika berkunjung ke Jogja.
Ketika masuk kita akan disambut dengan aroma kopi yang saling bergantian menggoda indera penciuman. Keramahan Mas Renggo dan Mbak Ayu pemilik Toko Kopi Sido Semi adalah salah satu yang memikat saya untuk terus berkunjung ke sana. Mereka adalah pasangan suami-isteri yang saya lihat sangat gigih. Saya belum terlalu kenal mereka, tetapi melalui sudut pandang saya dari lubang jarum yang kecil ini dapat saya simpulkan mereka adalah orang yang baik.
Pertama kali saya bermain ke Sido Semi bersama dengan Christine. Sejak siang kami sudah nongkrong di sana, rasanya enggan pulang. Sampai Toko mau tutup malah kami berdua diajak makan malam di sana. Seperti di rumah sendiri mungkin itu yang saya rasakan. Tidak ada ruang pembatas antara satu pengunjung dan pengunjung lainnya, kami bisa mengobrol seakan terhubung. Begitu pulang dengan si pemilik yang seakan tidak pernah kehabisan tenaga untuk menanggapi kami.
Rasanya saya sudah mulai bosan ke kedai kopi yang menyajikan tampilan "instagramable" Kedai kopi yang demikian masih saya kunjungi untuk menikmati suasana arsitektur bangunannya atau desain interiornya. Di Sido Semi saya merasa bisa menikmati suasana yang hangat meskipun bukan dengan konsep instagramable. Obrolan demi obrolan yang ringan lalu serius dapat membius saya jadi susah mau pulang.
Ketika kamu merasa penat, sedang bimbang dan butuh dukungan. Seakan-akan kedai ini memberimu ruang untuk istirahat dan kemudian muncul sebuah ide yang membuatmu bersemangat kembali. Kamu lalu tidak merasa sendiri lagi, karena seberapa besar masalahmu, kedai kami selalu terbuka untukmu. Kira-kira lebaynya seperti itu. Saya merasa selalu ada tempat jika saya datang ke Toko Sido Semi. Entah mengapa perasaan sentimentil semacam ini muncul.
Cerita sedikit, di Semarang ada sebuah Co-Working Space bernama Impala Space. Saat pembukaannya Mas Gatot selaku salah satu pemilik bilang bahwa tujuan dari adanya tempat ini adalah untuk menjadi wadah, penghubung untuk orang-orang kreatif supaya dapat bertemu di sini dan kemudian berkolaborasi. Hal tersebut yang saya rasa juga terjadi di Sido Semi. Orang-orang yang datang saling berkenalan, bertukar ide melalui diskusi-diskusi yang seru.
Kalau kalian pernah merasa senang ketika bermain ke rumah teman mungkin itulah penggambaran saya tentang Toko Kopi Sido Semi. Saya merasa sedang bermain ke rumah teman bukan mengunjungi kedai kopi yang kaku dan dingin.
Kesan saya tentang Sido Semi memang sangat melekat di hati. Mungkin ini yang namanya pentingnya kesan pertama dalam sebuah perjumpaan. Ketika pertama kali sudah terpikat jadi susah lupa pengin kembali lagi.
Semoga Mas Renggo dan Mbak Ayu sehat selalu dan selamat menanti kelahiran sang buah hati.
No comments