
Kembali menghadirkan Chicco Jerikho dan Rio Dewanto, Filosofi Kopi 2 terasa lebih dramatis. Masih bercerita tentang Ben dan Jody yang menjual kedai kopi mereka dan berkeliling Indonesia menggunakan VW Comby karena menurut Ben kopi enak harus dibagi-bagi.
Mengunjungi banyak daerah memberi kepuasan tersendiri pada Ben dan Jody tetapi tidak pada barista dan staff yang mereka miliki. Beberapa dari mereka keluar dengan alasan ingin stay di Jakarta dan ada yang ingin membuka kedai kopinya sendiri. Sebuah masalah baru bagi Ben dan Jody, kehilangan orang-orang yang mereka percayai untuk membantu mereka mengelola Filosofi Kopi.
Mengunjungi banyak daerah memberi kepuasan tersendiri pada Ben dan Jody tetapi tidak pada barista dan staff yang mereka miliki. Beberapa dari mereka keluar dengan alasan ingin stay di Jakarta dan ada yang ingin membuka kedai kopinya sendiri. Sebuah masalah baru bagi Ben dan Jody, kehilangan orang-orang yang mereka percayai untuk membantu mereka mengelola Filosofi Kopi.
Ben dan Jody akhirnya memutuskan untuk kembali membuka kedai Filosofi Kopi di Jakarta. Membuka kembali kedai seperti memulai semuanya dari awal. Ben dan Jody butuh modal untuk menjalankan Filosofi Kopi. Seorang wanita cantik bernama Tarra (Luna Maya) bersedia menanamkan modalnya untuk kembali menghidupkan Filosofi Kopi.
Di tengah proses kembalinya Filosofi Kopi seorang barista bernama Brie (Nadine Alenxandra) masuk ke dalam keluarga Filosofi Kopi tanpa persetujuan dari Ben. Semua adalah ide Jody yang tiba-tiba membawa Brie ke kedai dan langsung menyuruhnya bekerja di sana. Tentu saja hal ini membuat Ben jadi bete, perseteruan antara Ben dan Brie tak terhindarkan lagi. Hampir setiap hari mereka betengkar seperti Tom&Jerry.
Percikan asmara yang tak terduga
Dalam setiap film rasanya gak afdol kalau gak ada unsur cinta-cinta-nya. Dalam Filosofi Kopi 2 tentunya hal cinta-cintaan ini juga dimunculkan. Kemampuan Brie sebagai barista membuatnya dipekerjakan oleh Jody di Filosofi Kopi yang kemudian menggiring opini bahwa Jody tertarik dengan Brie. Adanya Tarra yang memiliki bagian saham terbanyak dari Filosofi Kopi sebaliknya membuat Jody sering bete sama dia , masalah utamanya apalagi kalau bukan karena cuan (uang). Sementara Ben justru terlihat lebih sering membela Tarra dalam argumennya dengan Jody.
Pergesekan antara Ben dan Jody juga masih kental terasa dalam film ini tetapi Kopi bukan lagi filosofi di film ini. Kuantitas menjadi prioritas. Tidak hanya di Jakarta, Filosofi Kopi mulai membuka cabangnya di Jogja dan Makasar.
Hadirnya Tarra juga menjadi roda penggerak film ini. Keterkaitan Tarra dengan masa lalu Ben membuat kesan dramatis sangat terasa di film kedua ini.
Pada akhirnya Ben dan Jody yang sempat bersitegang pun kembali baikan. Memang tidak ada hubungan yang tidak diuji dengan konflik kan? Jika kita bisa melewatinya barulah hubungan tersebut dapat dikatakan sejati.
Film ini berusaha meyakinkan penonton bahwa mereka membahas tentang bagaimana kopi dapat dinikmati sebagai seni dan bukan hanya komoditi. Filosofi Kopi 2 berusaha menceritakan bagaimana proses biji kopi sampai dapat dinikmati dalam cangkir-cangkir porselen di kedai kopi mahal. Menurut saya pada bagian ini tidak terlalu dieksplorasi seperti pada film pertama. Hadirnya Tyo Pakusadewo di sini seolah berusaha menggantikan sosok Slamet Rahardjo di film pertama namun eksekusinya tidak terlalu memberi kesan.
Hal-hal yang tidak diceritakan di sini adalah bagaimana Ben bisa mengenal Jody sedari kecil? Bagaimana perjalanan Ben bisa menjadi barista yang handal?
Di film kedua karakter Ben ditunjukkan sebagai seseorang yang tidak paham dengan teknologi. Sementara di film pertama Ben ditunjukkan sebagai barista yang sangat percaya diri bahwa kopinya adalah yang paling enak di Indonesia.
Film ini dapat meraih jumlah penonton yang tidak bisa dibilang sedikit. Nama besar kopi menjadi salah satu daya tarik di film ini. Hadirnya Luna Maya dan Nadine Alexandra memberi nuansa baru di film ini ditambah lagi teaser Filosofi Kopi telah dimulai di YouTube dengan series yang mereka buat sebelum film ini rilis. Hype yang tercipta di social media juga menjadi penentu suksesnya film ini, dengan antusias anak muda di social media, film ini laris manis hampir di seluruh bioskop pada penayangan perdananya.
Sumber gambar : link
Percikan asmara yang tak terduga
Dalam setiap film rasanya gak afdol kalau gak ada unsur cinta-cinta-nya. Dalam Filosofi Kopi 2 tentunya hal cinta-cintaan ini juga dimunculkan. Kemampuan Brie sebagai barista membuatnya dipekerjakan oleh Jody di Filosofi Kopi yang kemudian menggiring opini bahwa Jody tertarik dengan Brie. Adanya Tarra yang memiliki bagian saham terbanyak dari Filosofi Kopi sebaliknya membuat Jody sering bete sama dia , masalah utamanya apalagi kalau bukan karena cuan (uang). Sementara Ben justru terlihat lebih sering membela Tarra dalam argumennya dengan Jody.
Pergesekan antara Ben dan Jody juga masih kental terasa dalam film ini tetapi Kopi bukan lagi filosofi di film ini. Kuantitas menjadi prioritas. Tidak hanya di Jakarta, Filosofi Kopi mulai membuka cabangnya di Jogja dan Makasar.
Hadirnya Tarra juga menjadi roda penggerak film ini. Keterkaitan Tarra dengan masa lalu Ben membuat kesan dramatis sangat terasa di film kedua ini.
Pada akhirnya Ben dan Jody yang sempat bersitegang pun kembali baikan. Memang tidak ada hubungan yang tidak diuji dengan konflik kan? Jika kita bisa melewatinya barulah hubungan tersebut dapat dikatakan sejati.
Baca juga Kelas Barista di Dongeng Kopi Jogja
Film ini berusaha meyakinkan penonton bahwa mereka membahas tentang bagaimana kopi dapat dinikmati sebagai seni dan bukan hanya komoditi. Filosofi Kopi 2 berusaha menceritakan bagaimana proses biji kopi sampai dapat dinikmati dalam cangkir-cangkir porselen di kedai kopi mahal. Menurut saya pada bagian ini tidak terlalu dieksplorasi seperti pada film pertama. Hadirnya Tyo Pakusadewo di sini seolah berusaha menggantikan sosok Slamet Rahardjo di film pertama namun eksekusinya tidak terlalu memberi kesan.
Hal-hal yang tidak diceritakan di sini adalah bagaimana Ben bisa mengenal Jody sedari kecil? Bagaimana perjalanan Ben bisa menjadi barista yang handal?
Di film kedua karakter Ben ditunjukkan sebagai seseorang yang tidak paham dengan teknologi. Sementara di film pertama Ben ditunjukkan sebagai barista yang sangat percaya diri bahwa kopinya adalah yang paling enak di Indonesia.
Film ini dapat meraih jumlah penonton yang tidak bisa dibilang sedikit. Nama besar kopi menjadi salah satu daya tarik di film ini. Hadirnya Luna Maya dan Nadine Alexandra memberi nuansa baru di film ini ditambah lagi teaser Filosofi Kopi telah dimulai di YouTube dengan series yang mereka buat sebelum film ini rilis. Hype yang tercipta di social media juga menjadi penentu suksesnya film ini, dengan antusias anak muda di social media, film ini laris manis hampir di seluruh bioskop pada penayangan perdananya.
Sumber gambar : link
Adudududu ini spoiler banget ini yang baca belum nonton ini T_T
ReplyDeletePadahal udah berusaha mengurangi spoiler looh
Deleteaku cukup menikmati karena twist tak terduga di setengah bagian terakhir
ReplyDelete