Salah jurusan. Kalau itu terjadi pas lagi naik angkot atau bis gak masalah ya, tinggal turun terus ganti angkot atau bis meskipun saya juga gak menganjurkan kalian buat salah naik kendaraan umum. Tapi, kalau salah jurusannya kuliah gimana dong? Emangnya bisa ya kuliah salah jurusan? Nah, kalau kalian calon mahasiswa baru mungkin kalian berkenan membaca cerita saya, atau kalau kalian mahasiswa yang sudah terjebak dalam kesalahan mari kita bernostalgia.
Awal
Tahun 2010 saya lulus SMA setelah melewati drama remaja yang cukup alay (yang sudah berumur 20 tahun ke atas pasti mengerti). Waktu SMA kelas 3 (mungkin kalian juga ngalamin) sekolah melakukan psikotes yang tujuannya ingin melihat ke arah mana minat dan bakat siswa tersebut. Saya berasal dari jurusan IPS, ada tiga pilihan jurusan yang disarankan kepada saya; perbankan, hukum, dan arsitek. Masuk arsitek jelas gak mungkin karena itu jurusannya anak IPA, lagipula saya lemah di matematika/hitung-hitungan.
Kembali sedikit ke cita-cita awal saya waktu kecil.
Dari kecil saya sering berpindah-pindah tempat tinggal. Sampailah waktu pindah ke Batam, saya menginap cukup lama di hotel, karena berhari-hari tinggal di hotel saya jadi suka sekali di sana (iyalah siapa yang gak suka tinggal di hotel?) saat itu saya berpikir kalau kerja di hotel itu enak, dan cita-cita pertama yang saya ingat adalah saya ingin jadi pengusaha hotel (waktu itu umur 5-6 tahun). Namanya juga anak kecil jadi cita-cita berubah-ubah terus.
Setelah diracuni oleh waktu, cita-cita saya berubah menjadi mainstream tapi kemudian idealis itu bertemu kembali dengan saya saat kelas 6 SD. Bu Ida mendorong saya untuk kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Keinginan untuk kuliah di IKJ luntur seiring dengan pelajaran PKN yang saya terima di SMP dan kemudian berubah ingin kuliah hukum dan menjadi pengacara saja, waktu itu lagi idealis-idealis nya, baru tahu Soe Hok Gi dan reformasi.
Setelah diracuni oleh waktu, cita-cita saya berubah menjadi mainstream tapi kemudian idealis itu bertemu kembali dengan saya saat kelas 6 SD. Bu Ida mendorong saya untuk kuliah di IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Keinginan untuk kuliah di IKJ luntur seiring dengan pelajaran PKN yang saya terima di SMP dan kemudian berubah ingin kuliah hukum dan menjadi pengacara saja, waktu itu lagi idealis-idealis nya, baru tahu Soe Hok Gi dan reformasi.
Singkat cerita keinginan untuk menjadi pengacara bertahan sampai saya SMA kelas 3. Tapi, kemudian cita-cita itu diruntuhkan oleh karena kurangnya dukungan.
Balik ke 2010 saya akhirnya gak jadi memilih fakultas hukum. Yang waktu itu saya pikirkan adalah bagaimana bisa masuk kuliah di perguruan tinggi negeri, fakultas yang cukup favorit. Waktu itu juga Ibu Sri Mulyani sedang menjadi sorotan, lalu saya berpikir (dengan gampangnya) pengin kuliah ekonomi saja, kayaknya keren deh jadi ekonom kayak Bu Sri Mulyani gitu.
Tanpa banyak diskusi lagi dengan orang-orang (orang tua, guru, teman-teman) saya memutuskan untuk memilih jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang saya gak tahu gimana pelajarannya, yang saya pilih karena lihat kerennya Bu Sri Mulyani, padahal jurusan itu mengandung satu mata kuliah inti yang paling saya tidak sukai, matematika.
Mengejutkan sekaligus melegakan saya diterima di jurusan tersebut. Kalian pasti tahu lah calon mahasiswa baru tuh euforia masuk kuliah nya gimana? yang jelas udah dapat kuliah rasanya udah bersyukur banget, boro-boro kepikiran salah jurusan secara yang ikut tes ptn segitu banyak. Begitulah gambaran persaingan dunia. Itu baru persaingan masuk kuliah ya, setelah lulus kuliah ada lagi. Kita yang memiliki pilihan terbatas akhirnya pasrah aja menerima apa yang ada.
Semester awal belum berasa beratnya soalnya masih punya banyak temen yang bantuin bikin tugas atau ngajarin yang saya gak bisa, yang baik ada yang mau nyontekin pas ujian. Kuliah berasa kayak biasa aja karena tugas juga masih bisa dikerjain secara kelompok. Meskipun di awal semester buat dapetin ip (indeks prestasi) 3,- aja susah banget.
Skripsi masalah semua mahasiswa (kalaupun gak semuanya seenggaknya yang udah semester akhir)
Semester 8 di tahun 2014 mata kuliah yang diambil udah mulai sedikit dan waktu itupun tiba, saat dimana kamu berhadapan dengan skripsi.
Saya juga pernah curhat di blog ini gimana susah nya ngerjain skripsi. Mengerjakan skripsi adalah masa-masa ter-gak-enak. Saya jadi menarik diri dari pergaulan karena belum lulus. Males ketemu orang baru dan teman lama yang akan nanya kabar atau yang menjurus ke pertanyaan "udah lulus kuliah?"
Salah jurusan baru terasa saat itu. Saat dimana udah sulit menemukan teman yang bisa ditanyain persoalan kuliah karena teman-temanmu udah lulus duluan.
"Moment itu, waktu dimana teman-temanmu udah lulus duluan itu adalah patah hati yang mematahkan semangat"
Banyak yang bilang pertemanan akan berbeda ketika kuliah dengan waktu sma, katanya pas kuliah orang-orang menjadi lebih individualis. Padahal manusia memang memiliki ego yang besar, mungkin saja ketika bertambah dewasa ego tersebut diberi makan yang lebih banyak oleh pengalaman yang mengajarkan untuk tidak terlalu menggantungkan diri pada orang lain karena toh pada akhirnya jemarimu sendirilah yang akan menarikmu dari kesusahan (dengan seizin Allah dan kalau kamu berusaha)
Ditinggal teman-teman sidang dan wisuda duluan memang menyakitkan pada awalnya, tapi lama-lama saya juga terbiasa.
Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk keluar dari lubang salah jurusan ini. Tapi saya masih memiliki kepercayaan (saat itu) bahwa saya pasti bisa keluar. Perlahan yang menarik saya dan membuat saya bersemangat lagi adalah, kegiatan bloger dan siaran. Saya mulai mengerjakan skripsi saya lagi setelah diterima menjadi penyiar dan aktif mengurus blog ini. Saya merasa gairah yang sempat hilang itu muncul lagi dan kemudian mendorong saya untuk menyelesaikan apa yang sudah saya mulai.
Saya beruntung
Skripsi saya akhirnya bisa selesai karena bantuan dari Sandy. Dia yang membantu saya, mengajarkan mengolah data yang saya butuhkan dalam menyusun skripsi. Untunglah saat itu dia berada di Semarang. Untunglah saat itu saya gak terlalu gengsi untuk minta tolong. Untunglah Sandy memiliki waktu dan mau membantu saya. Untunglah dosen pembimbing saya pada saat itu pengertian dan tidak mempersulit saya dan saya diizinkan sidang dengan segala kemudahan. Terimakasih Prof. FX
Saya akhirnya lulus (Alhamdulillah ya,sesuatu) Perihal salah jurusan yang membuat saya sulit mengerjakan skripsi mungkin bagi kalian yang membaca ini akan ada yang beranggapan saya lebay dan mencari-cari alasan atas kelalaian saya. Memang, ada yang salah jurusan tapi dia berhasil lulus tepat waktu. Saya juga gak menyalahkan orang tua saya. Saya mengerti sekali bahwa orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Saya juga gak menyalahkan teman-teman yang lulus duluan. Mereka memang memiliki kelebihan, lebih gigih atau lebih pintar dan salah jurusan bukanlah satu-satunya pemicu orang terlambat lulus kuliah.
Tujuan saya menulis tentang salah jurusan ini. Saya ingin menggambarkan bagaimana pemikiran "yang penting kuliah" bisa menjebak kalian.
Sekarang internet udah lebih mudah diakses, kita bisa bertanya sama Google kapan aja pertanyaan seputar jurusan yang kita inginkan. Tes minat dan bakat juga bisa dilakukan secara online. Banyak Universitas yang memperbarui situs resmi mereka dan kita bisa mendapat informasi tentang mereka di internet.
Sekedar Pengingat (kayak lagunya Kunto Aji)
Saya bersyukur memiliki orang tua yang berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Kemarin saat bertemu dengan anak-anak di Rubbik. Anak-anak yang sejak kecil bahkan mungkin gak diberi kesempatan untuk sekedar bermimpi. Anak-anak yang sejak kecil sudah turun ke jalan untuk mencari uang, yang ingin sekolah tapi gak diizinkan sama orang tuanya.
Saya bersyukur walaupun ditengah pilihan yang terbatas saya masih bisa kuliah dan dibiayai orang tua.
Jika saya bisa mengulang kembali inilah yang akan saya katakan pada diri saya. Jika itu bukan jurusan favorit gak apa-apa. Kalau kamu bisa menjadi yang terbaik dalam satu hal, pasti itu akan bermanfaat untuk kehidupanmu dan orang lain. Tapi kalau gak bisa juga, maka syukuri hari ini. Syukuri apa yang sudah terjadi padamu. Syukuri bahwa orang tuamu masih ada dan mampu membiayai kamu sekolah walaupun bukan jurusan yang kamu inginkan. Karena masih banyak anak lain yang gak seberuntung kamu. Jangankan untuk sekolah, bahkan untuk bermimpi saja mereka takut.
Buat teman-teman calon mahasiswa yang galau kuliah, yang orang tuanya gak mendukung jurusan yang kalian inginkan. Bersabar dan terus bersemangatlah. Jagalah mimpi dan harapan kalian. Jangan biarkan orang lain membunuh harapan dari pikiran kalian.
Saya hanya mencoba berbagi cerita dan pengalaman. Semoga bisa bermanfaat, tapi kalau gak bermanfaat semoga bisa jadi cerita pengantar tidur.
sumber gambar:http://www.suarasurabaya.net
Kayak aku dulu dek, pengennya kuliah ilmu komunikasi biar bisa jd jurnalis tapi keluarga ngotot pengennya aku jadi guru, jadi kuliah PGSD, eh PGSD selesai malah kuliah lagi jurusan PGPAUD. Oh My..
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah berlalu ya mbak masa-masa salah jurusannya hehehe
DeleteDan tulisan ini ngingetin gue buat nglanjutin tulisan di draft "catatan akhir kuliah "
ReplyDeleteAyo dilanjutkan dong, katanya mau kembali ke personal thought lagi
DeleteThis article remind me ke cita citaku yang pengen jadi arsitek tapi nggak kesampean gegara nggak boleh sama orang tua mba, waks.
ReplyDeleteKadang memang hidup itu harus ikut kata orang yak, sedih
iya begitulah hidup, tetep gak boleh futus asa aja
DeleteIni aku banget jaman kuliah deh Mbak. Tapi tetep lulus juga, sekarang akhirna aku kejar passionku yg tertunda, hehehe, tapi gpp kok, semangat. Eh salam kenal ya
ReplyDeleteSalam kenal juga mbak :)) tetap semangat hehe
Deleteaku cita-citanya dokter umum, tapi malah masuk teknik mesin dan kerja di perusahaan yang teknik banget hahah. yasudah, jalani saja. yg penting kerjaan bisa membiayai hobi hihhiihi
ReplyDeleteWah itu yang paling penting Mbak, kerja jalan hobi juga jalan. Kalo kata anak kekinian, work hard play hard wkwkwk
Deleteyup, semua orang pasti mengalami hal itu, cita2 sering berubah dari kecil sampai besar, banyak yang cita2 waktu kecil bukanlah pekerjaannya yang sekarang.
ReplyDeleteSemua harus dijalani aja ya namanya juga hidup wkwkw :D
Delete