Kinanti Widiari's Portfolio

Kinanti Portfolio by Kinanti Widiari Lestari

Review film: Indonesia Abdullah Takeshi (2016)


Abdullah (Dion Wiyoko) dan Takeshi (Kemal Pahlevi) adalah kedua anak yang tertukar di rumah sakit saat mereka dilahirkan. Saat Takeshi dan Abdullah masuk kuliah mereka tidak sengaja bertemu karena suka wanita yang sama.
Kali ini saya diajak oleh Kofindo untuk nonton film Indonesia.

Apa itu Kofindo?

Kofindo sendiri bisa dibilang komunitas yang setiap hari Kamis mengajak orang-orang untuk nonton bareng film Indonesia. Berada di Semarang, mengajak penyuka film di Semarang. Misinya jelas, bikin orang-orang jadi lebih suka atau tertarik nonton film Indonesia. Silahkan cek Twitter @kofindo untuk informasi jadwal film Indonesia di bioskop di Semarang.

Mari kita bahas filmnya

Film yang berdurasi 2 jam 10 menit ini memang sepertinya dibuat untuk bikin ketawa, jadi ceritanya biasa saja bahkan cenderung tidak berisi. Pemilihan cast yang tidak sesuai dengan karakter juga menjadi kekurangan film ini.

Sebenarnya ceritanya sudah sangat mirip sinetron dan terlalu dipaksakan. Menurut saya, untuk film bioskop ceritanya  terlalu biasa.

Abdullah yang seharusnya berada di keluarga Jepang tertukar sehingga dibesarkan oleh keluarga Arab (Natalie Sarah dan Mike Lucock) sementara Takeshi yang wajahnya tidak mirip orang Jepang dibesarkan oleh keluarga Jepang)

sejak saat ospek, Takeshi dan Abdullah mengincar gadis yang bernama Indah (Nasya Marcella)
Mulailah mereka berdua mendekati Indah dengan berbagai cara. Anak SMP saja rasanya nggak senorak itu cara pendekatannya. Cara pendekatan mereka ke Indah sangatlah kekanakan dan norak. Beberapa kali mereka ribut di depan Indah karena berebut siapa yang akan bicara duluan.

Kelucuan yang dipaksakan memang akhirnya bikin tertawa juga, tetapi kekonyolan yang sepertinya terasa -skenario banget sih- itu nggak membuat film ini menjadi lebih baik menurut saya. Akting Kemal Pahlevi yang terasa canggung saat mengucapkan dialog dalam bahasa Jepang, atau tidak adanya kedekatan antara ayah dan anak yang ditunjukkan oleh Kemal dan ayah Jepangnya menurut saya sangat disayangkan. Seharusnya untuk seorang anak yang besar di Jepang pasti memiliki logat yang kental, tetapi hal ini tidak ditunjukkan. Kecintaan tokoh Takeshi terhadap AKB48 disini juga tidak meyakinkan penonton bahwa dia memang benar-benar besar di Jepang. Takeshi (Kemal Pahlevi) yang katanya berasal dari Jepang pun terlihat sangat excited ketika melihat toko souvenir AKB48.


Pemilihan cast

Menurut saya  ibu dari Takeshi sebenarnya lebih pantas menjadi kakaknya Takeshi. Terlihat terlalu muda dan memiliki bedaumur yang jauh dari ayah Takeshi yang kelihatan tua banget. Sementara itu Mike Ludock sebagai ayah Abdullah harus dipaksakan memakai jenggot untuk mengesankan bahwa dia sudah tua. Akting yang natural justru muncul dari Natalie Sarah, sebagai ibu dan isteri dapat memerankan karakternya dengan baik.
Sementara Indah terlihat dipaksakan untuk menjadi sosok wanita idaman. Sehingga pakaian yang dikenakan olehnya sering kali tidak pas dengan suasana, sengaja untuk menampilkan kesan sexy atau cewek banget.

Untuk menekankan sebuah adegan biasanya diberikan backsound. Sesekali saja sih nggak apa-apa ya, tapi ini hampir disetiap adegan ada backsoundnya. Belum lagi lagu Yuna - Berawal Dari Tatap yang diputar saat akhirnya Takeshi dan Abdullah mengetahui bahwa mereka tertukar kemudian menjadi sedih. Apa hubungannya lagu itu dengan keadaan yang dialami mereka?
Ayolah, ini kelas film bioskop yang diproduksi oleh Multivision Plus. Sebuah rumah produksi yang sudah lama dan besar. Saya cukup puas dengan kualitas gambar yang dihadirkan,
Pemilihan tempat di Jepang menjadi daya tarik film ini. Sayangnya tidak banyak tempat di Jepang yang ditunjukkan di film ini.

Ending Cerita yang kentang

Setelah mengetahui bahwa mereka tertukar, mereka memutuskan untuk kembali ke keluarga asli mereka. Seperti memulai lagi dari awal hubungan anak dan orangtua seharusnya pada saat seperti ini dapat dimunculkan konflik batin antara karakter. Tetapi ini pun tidak dimunculkan. Seharusnya saat mengetahui anak mereka tertukar orangtua akan sangat sedih dan terpukul tetapi itupun tidak terlihat. Orang tua mereka juga tidak berinisiatif untuk mencari tahu kebenaran tentang anak mereka, malah Indah sebagai orang luar yang memaksa Takeshi dan Abdullah untuk test DNA dan menelusuri kejadian yang sebenarnya terjadi, mengapa mereka bisa sampai tertukar.

Untuk film bioskop, film ini sangat biasa saja. Memang bisa membuat kita tertawa dengan humor yang sudah disetting sedemikian rupa.
Cerita yang ketinggalan jaman, pemilihan cast yang tidak terlalu baik, dan backsound keras yang sering muncul membuat saya tidak terlalu menikmati menonton film ini.
Selain kualitas gambar yang bagus menurut saya sulit menemukan kelebihan film ini.

Bagi kalian yang penasaran dengan film ini silahkan menonton film ini di bioskop. Tidak perlu banyak berpikir dan membuat penonton tertawa mungkin dapat menjadi daya tarik film ini.

Saya memberikan nilai 5/10 untuk film ini.

2 comments

  1. ajak2 ajak dong ki kalo pas diajak nobar sama kofindo hahah. geretonf kan

    ReplyDelete
    Replies
    1. minta ajak mas Asmari dong jangan aku hahaha
      yuk nonton film Indonesia lagi

      Delete